Rabu, 20 Juni 2012

Dalil tentang Keutamaan Membaca Surat Yasin

إن الحمد ﷲ نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ باﷲ من شرور أنفسنا ومن سيأت أعمالنا من يهده ﷲ فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له أشهد أن ﻻإله إﻻ ﷲ وأشهد أن محمدا عبده ورسوله
فإن خيرالحديث كتابﷲ وخير الهدي هدي محمدصلى ﷲ عليه وعلى اله وسلم وشراﻻمور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة وكل ضلالة فنار

Hadits Pertama
مَنْ قَرَأَ يَس فِيْ لَيْلَةٍ ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللهِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ فَاقْرَؤُوْهَا عِنْدَ مَوْتَاكُمْ.

“Barangsiapa membaca surat Yaasiin karena mencari ke-ridhaan Allah Ta’ala, maka Allah akan mengampunkan dosa-dosanya yang telah lalu. Oleh karena itu, bacakan-lah surat itu untuk orang yang akan mati di antara kalian.” (HR. Al Baihaqi dalam kitabnya, Syu’abul Iman)

Keterangan : HADITS INI (ضَعِيْفٌ) LEMAH
 Lihat Dha’if Jami’ush Shaghir (no.5785) dan Misykatul Mashaabih (no.2178).


Hadits Kedua
مَنْ زَارَ قَبْرَ وَالِدَيْهِ كُلَّ جُمُعَةٍ فَقَرَأَ عِنْدَهُمَا أَوْ عِنْدَهُ يَس غُفِرَ لَهُ بِعَدَدِ كُلِّ آيَةٍ أَوْ حَرْفٍ.

“Barangsiapa menziarahi kubur kedua orang tuanya setiap Jum’at dan membacakan surat Yaasiin (di atasnya), maka ia akan diampuni (dosa)nya sebanyak ayat atau huruf yang dibacanya.” (HR. Ibnu ‘Adiy [I/286], Abu Nu’aim dalam kitab Akhbaru Ashbahan [II/344-345] dan ‘Abdul Ghani al-Maqdisi dalam Sunannya [II/91] dari jalan Abu Mas’ud Yazid bin Khalid).

Keterangan : HADITS INI (مَوْضُوْعٌ) PALSU
Lihat Silsilah hadits adh-Dha’ifah wal Maudhu’ah (no.50).

Dalam hadits ini ada ‘Amr bin Ziyad Abul Hasan ats-Tsaubani.
Ibnu ‘Adiy berkata, “Ia (‘Amr bin Ziyad Abul Hasan ats-tsaubani) sering mencuri hadits dan menyampaikan hadits-hadits yang BATHIL.”

Setelah membawakan hadits ini, Ibnu ‘Adiy berkata, “Sanad hadits ini BATHIL, dan ‘Amr bin Ziyad dituduh oleh para ulama memalsukan hadits.”

Imam Daruquthni berkata, “Ia sering memalsukan hadits.”
Lihat : Mizaanul I’tidal (III/260-261 no. 6371), Lisanul Mizan (IV/364-365).


Hadits Ketiga
مَنْ قَرَأَ يَس فِيْ لَيْلَةٍ أَصْبَحَ مَغْفُوْرًا لَهُ

“Barangsiapa yang membaca surat Yaasiin dalam satu malam, maka ketika ia bangun pagi hari diampuni dosanya.” (HR. Ibnul Jauzi dalam al Maudhu’at [I/247]).

Keterangan : HADITS INI (مَوْضُوْعٌ) PALSU

Ibnul Jauzi berkata, “Hadits ini dari semua jalannya adalah bathil, tidak ada asalnya”.

Imam Daraquthni berkata, “Muhammad bin Zakarya yang ada dalam sanad hadits ini adalah tukang memalsukan hadits.”
Lihat : Al-Maudhuu’aat oleh Ibnul Jauzi (I/246-247), Mizaanul I’tidal (III/549), Lisaanul Mizan (V/168), al-Fawaa-idul Majmu’ah fii Ahaaditsil Maudhu’ah (hal. 268 no. 944).


Hadits Keempat
مَنْ قَرَأَ يَس فِيْ لَيْلَةٍ ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللهِ غُفِرَ لَهُ.

“Barangsiapa membaca surat Yaasiin pada malam hari karena keridhaan Allah, niscaya Allah ampuni dosanya.” (HR. Ath Thabrani dalam kitabnya, al-Mu’jamul Ausaath, dan al-Mu’jamush Shaghiir)

Keterangan : HADITS INI (ضَعِيْفٌ) LEMAH

Di dalam sanadnya ada Aghlab bin Tamim.
Imam al Bukhari berkata, “Ia (Aghlab bin Tamim) munkarul hadits.”
 
Ibnu Ma’in berkata, “Ia tidak ada apa-apanya (tidak kuat).”
Lihat : Mizaanul I’tidal (I/273-274) dan Lisanul Mizan (I/464-465).


Hadits Kelima
مَنْ قَرَأَ يَس فِيْ لَيْلَةٍ ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللهِ غُفِرَ لَهُ فِيْ تِلْكَ اللَّيْلَةِ.

“Barangsiapa membaca surat Yaasiin pada malam hari karena mencari keridhaan Allah, maka ia akan diampuni dosanya pada malam itu.” (HR. Ad Daarimi dari jalan Walid bin Syuja’,  al Baihaqi, Abu Nua’im dan al Khatib dari jalan Hasan)

Keterangan : HADITS INI (ضَعِيْفٌ) LEMAH
Lihat : Sunan ad-Darimi (II/457)

Hadits ini Munqathi’, karena dalam semua sanad-nya terdapat al-Hasan bin Abil Hasan al-Bashriy, padahal ia tidak mendengar dari Abu Hurairah.

Imam adz Dzahabi berkata, “Al-Hasan tidak mendengar dari Abu Hurairah, maka semua hadits-hadits yang ia riwayatkan dari Abu Hurairah termasuk dari jumlah hadits-hadits munqathi’.”
Lihat : Mizaanul I’tidal (I/527 no. 1968), al-Fawaa-idul Majmua’ah (hal. 269, no. 945), tahqiq Syaikh ‘Abdur-rahman al-Mu’allimy.


Hadits Keenam
مَنْ دَاوَمَ عَلَى قِرَاءَةِ يَس فِي كُلِّ لَيْلَةٍ ثُمَّ مَاتَ، مَاتَ شَهِيْدًا.

“Barangsiapa terus-menerus membaca surat Yaasiin pada setiap malam kemudian ia mati, maka ia mati syahid.” (HR. ath-Thabrani dalam al-Mu’jamush Shaghir dari Shahabat Anas radhiyallahu ‘anhu)

Keterangan : HADITS INI (مَوْضُوْعٌ) PALSU

Di dalam sanad hadits ini ada Sa’id bin Musa al-Azdiy, ia seorang tukang dusta dan ia dituduh oleh Ibnu Hibban sering memalsukan hadits.
Lihat : Tuhfatudz Dzakirin (hal. 340), Mizaanul I’tidal (II/159-160), Lisanul Mizan (III/44-45).


Hadits Ketujuh
مَنْ قَرَأَ يَس فِيْ صَدْرِ النَّهَارِ قُضِيَتْ حَوَائِجُهُ.

“Barangsiapa membaca surat Yaasiin pada permulaan siang (pagi hari), maka terpenuhi semua hajatnya (keperluannya).” (HR. Imam ad-Darimi dari jalan al-Walid bin Syuja’)

Keterangan: HADITS INI (ضَعِيْفٌ) LEMAH

“telah menceritakan kepadaku Ziyad bin Khaitsamah, dari Muhammad bin Juhadah dari ‘Atha’ bin Abi Rabah, ia berkata, “Telah sampai kepadaku bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ...” 

Hadits ini mursal, karena ‘Atha’ bin Abi Rabah tidak bertemu dengan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena ‘Atha lahir kurang lebih tahun 24 Hijriyah dan wafat tahun 114 H.
Lihat : Sunan ad-Darimi (II/457), Misykatul Mashaabih (takhrij no. 2177), Mizaanul I’tidal (III/70) dan Taqribut Tahdzib (II/22)


Hadits Kedelapan
مَنْ قَرَأَ يَس مَرَّةً فَكَأَنَّمَا قَرَأَ الْقُرْآنَ مَرَّتَيْنِ.

“Barangsiapa membaca surat Yaasiin satu kali seolah-olah ia membaca al-Qur-an dua kali.” (HR. Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman).

Keterangan : HADITS INI (مَوْضُوْعٌ) PALSU
Lihat : Dha’if Jami’ush Shaghir (no.5789) dan Silsilatul Ahaadits adh-Dha’ifah wal Maudhu’ah (no.4636).


Hadits Kesembilan
مَنْ قَرَأَ يَس مَرَّةً فَكَأَنَّمَا قَرَأَ الْقُرْآنَ عَشْرَ مَرَّاتٍ.

“Barangsiapa membaca surat Yaasiin satu kali seolah-olah ia membaca al-Qur-an sepuluh kali.” (HR. Al-Baihaqi dalam kitab Syu’abul Iman dari Abu Hurairah).

Keterangan : HADITS INI (مَوْضُوْعٌ) PALSU
Lihat : Dha’iif Jami’ush Shaghir (no.5798)


Hadits Kesepuluh
إِنَّ لِكُلِّ شَيْءٍ قَلْبًا وَقَلْبُ الْقُرْآنِ يَس، وَمَنْ قَرَأَ يَس كَتَبَ اللَّهُ لَهُ بِقِرَاءَتِهَا قِرَاءَةَ الْقُرْآنِ عَشْرَمَرَّاتٍ.

"Sesungguhnya tiap-tiap sesuatu mempunyai hati dan hati (inti) al-Qur-an itu ialah surat Yaasiin. Barangsiapa yang membacanya, maka Allah akan memberikan pahala bagi bacaannya itu seperti pahala membaca al-Qur-an sepuluh kali.” (at-Tirmidzi [no.2887] dan ad-Darimi [II/456], dari jalan Humaid bin Abdur-rahman, dari al-Hasan bin Shalih dari Harun Abu Muhammad dari Muqatil bin Hayyan (yang benar Muqatil bin Sulaiman) dari Qatadah dari Anas secara marfu’)

Keterangan : HADITS INI (مَوْضُوْعٌ) PALSU

Dalam hadits ini terdapat dua rawi yang LEMAH, yaitu
1.        HARUN ABU MUHAMMAD
Dia adalah seorang yang Majhul (tidak dikenal riwayat hidupnya).

Imam adz-Dzahabi berkata, “Aku menuduhnya majhul.”
Lihat : Mizaanul I’tidal (IV/288).


2.        MUQATIL BIN HAYYAN

Ibnu Ma’in berkata,  “Dia (Muqatil bin Hayyan) Dha’if.”

Imam Ahmad bin Hanbal berkata, “Aku tidak peduli kepada Muqatil bin Hayyan dan Muqatil bin Sulaiman.”
Lihat : Mizaanul I’tidal (IV/171-172).

Imam Ibnu Abi Hatim berkata dalam kitabnya, al-‘Ilal (II/55-56), “Aku pernah bertanya kepada ayahku tentang hadits ini. Jawabnya: ‘Muqatil yang ada dalam sanad hadits ini adalah Muqatil bin Sulaiman, aku mendapati hadits ini di awal kitab yang disusun oleh MUQATIL BIN SULAIMAN. Dan ini adalah hadits BATIL, TIDAK ADA ASALNYA.’”
Lihat : Silsilatul Ahaadits adh-Dha’ifah (no.169, hal. 312-313).

Imam adz-Dzahabi juga membenarkan bahwa Muqatil dalam hadits ini ialah MUQATIL BIN SULAIMAN.
Lihat : Mizaanul I’tidal (IV/172).

Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albany berkata, “Apabila sudah jelas bahwa Muqatil yang dimaksud adalah Muqatil bin Sulaiman, sebagaimana yang sudah dinyatakan oleh Imam Abu Hatim dan diakui oleh Imam adz-Dzahabi, maka hadits ini MAUDHU’ (PALSU).”
Lihat : Silsilatul Ahaadits adh-Dha’ifah (no.169, hal. 313-314.)

Imam Waqi’ berkata, “Muqatil bin Sulaiman adalah tukang dusta (kadzdzab).”

Imam an-Nasa’i berkata, “Muqatil bin Sulaiman sering berdusta.”
Lihat : Mizaanul I’tidal (IV/173).




Hadits Kesebelas

مَنْ قَرَأَ يَس حِيْنَ يُصْبِحُ يُسِرَ يَوْمُهُ حَتَّى يُمْسِيَ، وَمَنْ قَرَأَهَا فِيْ صَدْرِ لَيْلَةٍ أُعْطِيَ يُسْرَ لَيْلَتِهِ.

“Barangsiapa membaca surat Yaasiin di pagi hari, maka akan dimudahkan urusan hari itu sampai sore. Dan barang siapa membacanya di awal malam (sore hari), maka akan diberi kemudahan urusan malam itu sampai pagi.” (HR. Imam ad-Darimi [II/457] dari jalan Amr bin Zararah)

Keterangan : HADITS INI (ضَعِيْفٌ) LEMAH

Di dalam sanad hadits ini ada Syahr bin Hausyab.

Ibnu Hajar berkata, “Ia banyak memursalkan hadits dan banyak keliru.”
Lihat : Taqriib (I/423 no. 2841), Mizaanul I’tidal (II/283).

Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albany berkata, “Syahr Bin Hausyab lemah dan tidak boleh dipakai sebagai hujjah, karena banyak salahnya.”
Lihat : Silsilatul Ahaadits adh-Dha’ifah wal Maudhu’ah (I/426).




Hadits Kedua belas

إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى قَرَأَ طه ويَس قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ آدَمَ بِأَلْفَيْ عَامٍ فَلَمَّا سَمِعَتِ الْمَلاَئِكَةُ الْقُرْآنَ قَالُوْا: طُوْبَى ِلأُمَّةٍ يَنْزِلُ هَذَا عَلَيْهِمْ وَطُوْبَى ِلأَلْسُنٍ تَتَكَلَّمُ بِهَذَا وَطُوْبَى ِلأَجْوَافٍ تَحْمِلُ هَذَا.

“Sesungguhnya Allah Ta’ala membaca surat Thaaha dan Yaasiin 2000 (dua ribu) tahun sebelum diciptakan-nya Nabi Adam. Tatkala para Malaikat mendengar al-Qur-an (yakni kedua surat itu) seraya berkata: ‘Berbahagialah bagi ummat yang turun al-Qur-an atas mereka, alangkah baiknya lidah-lidah yang berkata dengan ini (membacanya) dan baiklah rongga-rongga yang membawanya (yakni menghafal kedua surat itu)” (HR. ad-Darimi [II/456], Ibnu Khuzaimah dalam kitab at-Tauhid [no.328], Ibnu Hibban dalam kitab adh-Dhu’afa [I/108], Ibnu Abi ‘Ashim dalam as-Sunnah [no.607], al-Baihaqy dalam al-Asma’ wash Shifat [I/365] dan ath-Thabrany dalam al-Mu’jamul Ausath [no.4873], dari jalan Ibrahim bin Muhajir bin Mismar)

Keterangan : HADITS INI (مُنْكَرٌ) MUNKAR

Matan hadits ini maudhu’ (palsu).

Ibnu Hibban berkata, “Matan hadits ini palsu dan sanadnya sangat lemah, karena ada dua rawi lemah, yaitu

1.        IBRAHIM BIN MUHAJIR BIN MISMAR

Imam al-Bukhari berkata, “Ia munkarul hadits.”

Imam an-Nasa’i berkata, “Ia perawi lemah.”

Ibnu Hibban berkata, “Ia sangat munkar haditsnya.”

Ibnu Hajar berkata, “Ia perawi lemah.”
Lihat : Mizaanul I’tidal (I/67), Taqribut Tahdzib (I/67 no. 255).


2.        UMAR BIN HAFSH BIN DZAKWAN

Imam Ahmad berkata, “Kami tinggalkan haditsnya dan kami bakar.”

Imam ‘Ali Ibnul Madini berkata, “Ia seorang rawi yang tidak tsiqah.”

Imam an-Nasa’i berkata, “Ia rawi matruk.”
Lihat : Mizaanul I’tidal (III/189), Silsilah Ahaadits adh-Dha’ifah wal Maudhu’ah (no. 1248).

Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata, “Hadits ini gharib dan munkar, karena Ibrahim bin Muhajir dan Syaikhnya (yaitu, ‘Umar bin Hafsh) diperbincangkan (oleh para ulama hadits).”
Lihat : Tafsir Ibni Katsir (III/156).



Hadits Ketiga belas

مَنْ سَمِعَ سُوْرَةَ يَس عَدَلَتْ لَهُ عِشْرِيْنَ دِيْنَارًا فِيْ سَبِيْلِ اللَّهِ وَمَنْ قَرَأَهَا عَدَلَتْ لَهُ عِشْرِيْنَ حَجَّةً وَمَنْ كَتَبَهَا وَشَرِبَهَا أَدْخَلَتْ جَوْفَهُ أَلْفَ يَقِيْنٍ وَأَلْفَ نُوْرٍ وَأَلْفَ بَرَكَةٍ وَأَلْفَ رَحْمَةٍ وَأَلْفَ رِزْقٍ وَنَـزَعَتْ مِنْهُ كُلَّ غِلٍّ وَدَاءٍ .

"Barangsiapa mendengar bacaan surat Yaasiin, ia akan diberi ganjaran 20 Dinar pada jalan Allah. Dan barang siapa yang membacanya diberi ganjaran kepadanya laksana ganjaran 20 kali melakukan ibadah Haji. dan barang siapa yang menuliskannya kemu-dian ia meminum airnya maka akan dimasukkan ke dalam rongga dadanya seribu keyakinan, seribu ca-haya, seribu berkah, seribu rahmat, seribu rizki, dan dicabut (dihilangkan) segala macam kesulitan dan penyakit.” (HR. al-Khatib dari ‘Ali, lalu ia berkata: “Hadits ini palsu.”)

Keterangan : HADITS INI (مَوْضُوْعٌ) PALSU

Ibnu ‘Adiy berkata, “Dalam sanadnya ada rawi yang tertuduh memalsukan hadits, yaitu Ahmad bin Harun.” (Mizaanul I’tidal [I/162]).

Dalam sanad hadits ini terdapat Isma’il bin Yahya al-Baghdadi.

Shalih bin Muhammad Jazarah berkata, “Ia (Isma’il) sering memalsukan hadits.”

Imam Daraquthni berkata, “Ia seorang tukang dusta dan matruk.”

Imam al-Azdiy berkata, “Ia salah seorang tukang dusta, dan tidak halal meriwayatkan hadits daripadanya.”
Lihat : Al-Maudhu’at oleh Ibnul Jauzi (I/246-247) dan Mizaanul I’tidal (I/253-254).




Hadits Keempat belas

يَس لِمَا قُرِأَتْ لَهُ.

“Surat Yaasiin itu bisa memberi manfaat bagi sesuatu tujuan yang dibacakan untuknya.”

Keterangan : HADITS INI (لاَ أَصْلَ لَهُ) TIDAK ADA ASALNYA

Lihat : Al-Mashnu’ fii Ma’rifatil Haditsil Maudhu’, oleh ‘Ali al-Qari’ (no. 414 hal. 215-216).

Imam as-Sakhawi berkata, “Hadits ini tidak ada asalnya.”
Lihat : Al-Maqaashidul Hasanah (no.1342).




Hadits Kelima belas

يَس قَلْبُ الْقُرْآنِ لاَيَقْرَأُهَا رَجُلٌ يُرِيْدُ اللَّهَ وَالدَّارَ اْلآخِرَةَ إِلاَّ غُفِرَ لَهُ وَاقْرَؤُوْهَا عَلَى مَوْتَاكُمْ

“Surat Yaasiin itu hatinya al-Qur-an, tidaklah seseorang membacanya karena mengharapkan keridhaan Allah dan negeri akhirat (Surga-Nya), melainkan akan di-ampuni dosanya. Oleh karena itu, bacakanlah surat Yaasiin itu untuk orang-orang yang akan mati di antara kalian.” (HR. Ahmad [V/26] dan an-Nasa’i dalam Amalul Yaum wal Lailah [no.1083] dari jalan Mu’tamir)

Keterangan : HADITS INI (ضَعِيْفٌ) LEMAH

Dalam hadits ini ada tiga orang yang majhul (tidak diketahui namanya dan keadaannya).
Jadi, hadits ini lemah dan tidak boleh dipakai.

Lihat : Fat-hur Rabbani (VII/63).




Hadits Keenam belas
اِقْرَأُوْا يَس عَلَى مَوْتَاكُمْ.

“Bacakan surat Yaasiin kepada orang yang akan mati di antara kalian.” (HR. Ahmad [V/26-27], Abu Dawud [no.3121], Ibnu Abi Syaibah, an-Nasa’i dalam Amalil Yaum wal Lailah [no.1082], Ibnu Majah [no.1448], al-Hakim [I/565], al-Baihaqi [III/383] dan ath-Thayalisi [no.973], dari jalan Sulaiman at-Taimi)

Keterangan : HADITS INI (ضَعِيْفٌ) LEMAH

Hadits ini LEMAH, karena ada tiga sebab yang men-jadikan hadits ini lemah, yaitu

1.             ABU UTSMAN
Dia adalah seorang rawi yang majhul.

2.             Ayah dari Abu Utsman
Dia juga seorang yang majhul.

3.             Hadits ini mudhtarib (goncang) sanadnya.

Penjelasan Para Imam Ahli Hadits Tentang Hadits Ini,
1.             Tentang ABU UTSMAN
·      Imam adz-Dzahabi berkata, “Abu ‘Utsman rawi yang tidak dikenal (majhul).”

·      Ali Ibnul Madini berkata, “Tidak ada yang meriwayatkan dari Abu Utsman melainkan Sulaiman at-Taimi.”
Lihat : Mizaanul I’tidaal (IV/550), Tahdziibut Tahdziib (XII/182) dan Irwaa-ul Ghaliil fii Takhriji Ahaadits Manaris Sabil (III/151, no.688).

·      Ibnul Mundzir berkata, “Abu Utsman dan bapaknya bukan orang yang masyhur
Lihat ‘Aunul Ma’bud (VIII/390).

·  Imam Ibnul Qaththan berkata, “Hadits ini ada ‘illat (penyakit)-nya, serta hadits ini MUDHTHORIB (goncang) dan Abu ‘Utsman majhul.”

·      Abu Bakar Ibnul ‘Arabi dan ad-Daraquthni berkata, “Hadits dha’if isnadnya dan majhul, dan tidak ada satupun hadits yang shahih dalam bab ini (yakni dalam bab membacakan Yaasiin untuk orang yang akan mati).”
Lihat : Talkhisul Habir ma’asy Syarhil Muhadzdzab (V/110), Fat-hur Rabbani (VII/63) Irwaa-ul Ghaliil (III/151).

·      Imam an-Nawawi berkata, “Isnad hadits ini dha’if, di dalamnya ada dua orang yang majhul (Abu ‘Utsman dan bapaknya).”
Lihat : al-Adzkaar (hal.122).

2.           Tentang bapaknya Abu Utsman
Ia (bapaknya) ini adalah seorang rawi yang mubham (seorang rawi yang tidak diketahui namanya). Ia dikatakan majhul oleh para ulama Ahli Hadits, karena selain tidak diketahui namanya juga tidak diketahui tentang biografinya.

3.           Hadits ini MUDHTARIB.
Hal ini karena di sebagian riwayat disebutkan, Dari Abu Utsman, dari ayahnya, dari Ma’qil bin Yasar. Sedangkan riwayat lain menyebutkan dari Abu Utsman dari Ma’qil tanpa menyebut dari ayahnya.

Kesimpulan : Hadits ini lemah dan tidak boleh dipakai sebagai hujjah.




Hadits Ketujuh belas

حَدَّثَنِي الْمَشْيَخَةُ أَنَّهُمْ حَضَرُوْا غُضَيْفَ بْنَ الْحَارِثِ الثُّمَالِيَّ حِينَ اشْتَدَّ سَوْقُهُ فَقَالَ هَلْ مِنْكُمْ أَحَدٌ يَقْرَأُ يس قَالَ فَقَرَأَهَا صَالِحُ بْنُ شُرَيْحٍ السَّكُونِيُّ فَلَمَّا بَلَغَ أَرْبَعِينَ مِنْهَا قُبِضَ قَالَ: فَكَانَ الْمَشْيَخَةُ يَقُولُونَ إِذَا قُرِئَتْ عِنْدَ الْمَيِّتِ خُفِّفَ عَنْهُ بِهَا، قَالَ صَفْوَانُ: وَقَرَأَهَا عِيسَى بْنُ الْمُعْتَمِرِ عِنْدَ ابْنِ مَعْبَدٍ.

“Telah berkata kepadaku beberapa Syaikh bahwasanya mereka hadir ketika Ghadhief bin Harits mengalami naza’ (sakaratil maut), seraya berkata: ‘Siapakah dari antara kamu yang dapat membacakan surat Yaasiin?’ Lalu Sholeh bin Syuraih as-Sakuni membacakannya. Maka, ketika sampai pada ayat ke-40, ia (Ghadhief) wafat. Shafwan berkata: Para Syaikh berkata: ‘Bila dibacakan surat Yaasiin di sisi orang yang mau meninggal, niscaya diringankan bagi si mayyit (keluarnya ruh) dengan sebab bacaan itu.’ Kata Shafwan: ‘Kemudian ‘Isa bin Mu’tamir memba-cakan surat Yaasiin di sisi Ibnu Ma’bad.’” (HR. Ahmad [IV/105])

Keterangan : RIWAYAT INI (مَقْطُوْعٌ) MAQTHU’

Yakni riwayat ini hanya sampai kepada tabi’in, tidak sampai kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sedangkan riwayat maqthu’ tidak bisa dijadikan hujjah. Apalagi riwayat ini juga LEMAH, karena beberapa Syaikh yang disebutkan itu MAJHUL, tidak diketahui nama dan keadaan diri mereka masing-masing. Jadi, riwayat ini LEMAH DAN TIDAK BISA DIPAKAI.

Lihat : Irwaa-ul Ghalil (III/151-152).




Hadits Kedelapan belas

مَا مِنْ مَيِّتٍ فَيُقْرَأُ عِنْدَهُ يَس إِلاَّ هَوَّنَ اللَّهُ عَلَيْهِ.

“Tidak ada seorang pun yang akan mati, lalu dibaca-kan surat Yaasiin, di sisinya (yaitu ketika ia sedang naza’) melainkan Allah akan mudahkan (kematian) atasnya.” (HR. Abu Nu’aim dalam kitab Akhbaru Ahsbahan [I/188] dari jalan MARWAN BIN SALIM ALJAZARY)

Keterangan : HADITS INI (مَوْضُوْعٌ) PALSU

Dalam sanad hadits ini ada seorang rawi yang sering memalsukan hadits, yaitu MARWAN BIN SALIM AL-JAZARY.

Imam Ahmad dan an-Nasa’i berkata, “Ia tidak bisa dipercaya.”

Imam al-Bukhari, Muslim, dan Abu Hatim berkata, “Ia munkarul hadits.”

Abu Arubah al-Harrani berkata, “Ia sering memalsukan hadits.”
Lihat : Mizaanul I’tidal (IV/90-91). Lihat juga Irwaa-ul Ghalil (III/152).

Al-‘Allamah Ibnul Qayyim (wafat th. 751 H) berkata, “(Riwayat-riwayat) yang menyebutkan tentang keutamaan-keutamaan (fadhaa-il) surat-surat dan ganjaran bagi orang yang membaca surat (yasin) ini akan mendapat pahala begini dan begitu dari awal al-Qur-an sampai akhir sebagaimana yang disebutkan oleh Tsa’labi dan Wahidi pada awal tiap-tiap surat dan Zamakhsyari pada akhir surat, SEMUA HADITS TENTANG ITU ADALAH PALSU. Mereka (para pemalsu hadits) mengatasnamakan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sesungguhnya orang-orang yang membuat hadits-hadits itu telah mengakui mereka memalsukannya.’”

Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albany berkata, “Membacakan surat Yaasiin ketika ada orang yang sedang dalam keadaan naza’ dan membaca al-Qur-an (membaca surat Yaasiin atau surat-surat lainnya) ketika berziarah ke kubur adalah BID’AH DAN TIDAK ADA ASALNYA SAMA SEKALI DARI SUNNAH NABI SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM YANG SAH.
Lihat : Ahkamul Janaa-iz wa Bida’uha (hal.20, 241, 307 & 325)

Mereka (para pemalsu hadits) berkata, “Tujuan kami membuat hadits-hadits palsu agar manusia sibuk dengan (membaca al-Qur-an) dan menjauhkan (kitab-kitab) selain al-Qur-an.”

Mereka (para pemalsu hadits) adalah orang-orang yang sangat bodoh!!! Apakah mereka tidak tahu hadits,

مَنْ
يَقُلْ عَلَيَّ مَالَمْ أَقُلْ، فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ.

“Barangsiapa yang berkata apa yang aku tidak katakan, maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya di Neraka.” (Hadits Mutawatir)

Masihkah kita akan mengamalkan ‘sesuatu’ yang dipalsukan oleh orang-orang bodoh itu?!

Orang yang masih mengamalkan hal ini (yaitu pengkhususan membaca yasin pada waktu-waktu tertentu), berarti orang itu lebih bodoh dari orang-orang yang memalsukan hadits-hadits di atas!



دينك على قلبي ثبت القلوب يامقلب
 “Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas agama-Mu.”
(HR Tirmidzi [no.3522], Ahmad [4/302], al Hakim [1/525], Shohih Sunan Tirmidzi [no.2792]).




Lihat :
1.        Tafsir Ibni Katsir
2.        Shahih al-Bukhari.
3.        Shahih Muslim.
4.        Sunan ad-Darimi.
5.        Sunan at-Tirmidzy.
6.        Sunan Abi Dawud.
7.        Sunan Ibni Majah.
8.        Musnad Imam Ahmad.
9.        Mushannaf Ibni Abi Syaibah.
10.    Musnad Abi Dawud ath-Thayalisy.
11.    Kitaabus Sunnah libni ‘Ashim, oleh Imam Muhammad Nashiruddin al-Albany.
12.    Shahih Jami’ush Shaghiir, oleh Imam Muhammad Nashiruddin al-Albany.
13.    Al-Maudhu’atul Kubra’, oleh Imam Ibnul Jauzy.
14.    Al-Fawa-idul Majmu’ah fii Ahaaditsil Maudhu’ah, oleh Imam asy-Syaukany.
15.    Mizanul I’tidal, oleh Imam adz-Dzahaby.
16.    Lisanul Mizan, oleh al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalany.
17.    Tuhfatudz Dzaakiriin Syarah Imam asy-Syaukany.
18.    Misykatul Mashaabih, oleh Imam at-Tibrizy.
19.    Tahdziibut Tahdziib, oleh al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalany.
20.    Taqriibut Tahdziib, oleh al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalany.
21.    Syu’abul Iman, oleh Imam al-Baihaqy.
22.    Dha’if Jami’ush Shaghir, oleh Imam Muhammad Nashiruddin al-Albany.
23.    Silsilatul Ahaadits adh-Dha’ifah wal Maudhu’ah, oleh Imam Muhammad Nashiruddin al-Albany.
24.    At-Tauhid, oleh Ibnu Khuzaimah.
25.    Adh-Dhu’afa’, oleh Ibnu Hibban.
26.    Asma’ wash Shifat, oleh Imam al-Baihaqy.
27.    Al-Mu’jamul Ausath, oleh Imam ath-Thabrany.
28.    Al-Mashnu’ fii Ma’rifatil haditsil Maudhu’, oleh Imam Ali al-Qari’.
29.    Al-Maqashidul Hasanah fii Bayaan Katsir minal Ahaadits Musytahirah ‘alal Alsinah, oleh Syaikh Muhammad ‘Abdurrahman as-Sakhawy.
30.    Fat-hur Rabbany, oleh Syaikh Abdurrahman al-Banna.
31.    Amalil Yaum wal Lailah, oleh Imam an-Nasa’i.
32.    Shahih al-Adzkaar wa Dha’iifuhu, oleh Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilaly.
33.    Kitabul Adzkaar, oleh Imam an-Nawawy.
34.    Irwaa-ul Ghaliil, oleh Imam Muhammad Nashiruddin al-Albany.
35.    Shahih at-Tirmidzi bi Ikhtishaaris Sanad, oleh Imam Mu-hammad Nashiruddin al-Albany.
36.    ‘Aunul Ma’bud Syarah Sunan Abi Dawud, oleh Abu ath-Thayyib Syamsul Haq al-‘Azhim Abady.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar